Teknologi Pengolahan Hasil Ternak


TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK


“PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI
(BIOGAS, PUUK CAIR, DAN KOMPOS)”

OLEH :

NAMA            : HIMATEHATE
NIM                : I 111 11 369
KELOMPOK : III (TIGA)






LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014






KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya dan inayah-Nya jualah sehinga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemanfaatan Libah Sapi (Biogas, Kompos dan pupuk cair)” . Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pengolahan Limbah Dan Sisa Hasil Ternak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.



Makassar, April 2014


Penyusun







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................  ii
DAFTAR ISI  ...........................................................................................      iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..............................................................    1
B.     Rumusan Masalah ..........................................................   2
BAB II PEMBAHASAN     
A.    Tinjauan Umum Limbah Peternakan ....................................   3
B.     Dampak Limbah Peternakan...........................................................    4
C.     Pemanfaatan Limbah Peternakan Sebagai Biogas .........................    4
D.    Pemanfaatan Limbah Peternakan Sebagai Kompos ......................    6
E.     Pemanfaatan Limbah Peternakan Sebagai Pupuk cair ..................     7
F.      Metode Pembuatan Biogas, Kompos, dan Pupuk Cair
yangSaling Terintegrasi.........................................................   8
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ...............................................................................   10
B.     Saran ........................................................................................    10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11




BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Peternakan merupakan salah satu komoditi terbesar kedua setelah pertanian dan tentunya merupakan penyumbang terbesar dalam efek rumah kaca. Yang selama ini kita sangka polutan kendaraan yang menjadi penyebab menipisnya ozon ternyata salah. Penyumbang terbesar adalah limbah peternakan yaitu kotorannya (Peses dan urin).
Menurut beberapa penelitian mendapatkan data yaitu sektor peternakan telah menyumbang 9 persen karbon dioksida, 37 persen gas metana(mempunyai efek pemanasan 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam jangka 20 tahun, dan 23 kalidalam jangka 100 tahun), serta 65 persen dinitrogen oksida (mempunyai efek pemanasan 296kali lebih lebih kuat dari CO2). Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkankarena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam. Menurut LaporanPerserikatan Bangsa Bangsa tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, “industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%) (Anonim, 2010).
                Salah satu cara untuk meminimalisir terjadinya efek rumah kaca adalah pemanfaatan limbahnya dengan pembuatan biogas, kompos dan pupuk cair. Dengan pembuatan biogas maka gas yang dihasilkan oleh kotoran ternak bisa di kurangi karena dilakukan pembakaran sebelum gas lepas ke alam, kemudian bahan dalam pembuatan biogas yaitu campuran peses dan urin bisa dimanfatkan unutk embuatan pupuk padat dan cair. Hal inilah yang melatarbelakangi dalam penulisan makalah ini.



B.  Rumusan Masalah
1.      Tinjauan Umum  Limbah Peternakan
2.      Dampak Limbah Peternakan
3.      Pemnafaatan Limbah Peternakan Sebagai Biogas
4.      Pemnafaatan Limbah Peternakan Sebagai Kompos
5.      Pemnafaatan Limbah Peternakan Sebagai Pupuk cair
6.      Metode Pembuatan Biogas, Kompos dan pupuk cair yang saling terintegrasi













BAB II
PEMBAHASAN
A.  Tinjuan  Umum Limbah Peternakan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan limbah dapat berupa padatan, cair serta gas.
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain.
Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat. Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba.
Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses. Limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
B.  Dampak Limbah Peternakan
Limbah peternakan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap lingkungan, diantaranya yaitu global wor
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat.
Kehadiran limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3). Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air.
C.      Pemanfaatan Limbah Ternak Sebagai Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama yaitu kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda. 
Biogas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini, banyak negara maju meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan limbah.
Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin, solar). Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman / budidaya pertanian. Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500 ribu ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m3 biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula.
Biogas memiliki kandungan energi tinggi yang tidak kalah dari kandungan energi dalam bahan bakar fosil. Nilai kalori dari 1 m3 biogas sekitar 6000 watt jam, setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok menggantikan minyak tanah, LPG, butana, batu bara, dan bahan bakar fosil lainnya. Biogas mengandung 75% metana. Semakin tinggi kandungan metana dalam bahan bakar, semakin besar kalor yang dihasilkan. Oleh karena itu, biogas juga memiliki karakteristik yang sama dengan gas alam. Sehingga jika biogas diolah dengan benar, biogas bisa digunakan untuk menggantikan gas alam. Dengan demikian jumlah gas alam bisa dihemat.
Limbah biogas dapat digunakan sebagai pupuk. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsure-unsur yang sangat dibutuhkan tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, dan lignin tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia. Dengan demikian kita juga bisa mengurangi anggaran untuk membeli pupuk.
D.    Pemanfaatan Limbah Ternak sebagai Kompos
Peternakan merupakan jenis usaha hasil hewani, diantaranya adalah daging, susu dan hasil samping berupa limbah. Hasil samping peternakan seringkali menimbulkan protes masyarakat karena aroma dan limbah yang dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya. Maka dalam hal ini harus ada penanganan secara signifikan dengan mendaur ulang limbah menjadi produk yang bernilai ekonomis, terbukti banyaknya perusahaan peternakan mulai memperhatikan lingkungan dengan memberlakukan pengolahan limbah, salah satunya penanganan kotoran ternak. Sehingga hal ini berdampak positif terhadap lingkungan yang terjaga dengan baik. Peternakan seringkali melakukan pengolahan limbah kotoran dalam skala besar yang mencapai puluhan ton bahan baku. Beda halnya dengan peternak kecil yang hanya menghasilkan sedikit limbah kotoran dari beberapa ternak. Maka dari itu harus ada penelitian tentang pengembangan pengolahan limbah yang dibuat untuk mendukung usaha peternakan kecil sehingga limbah bisa termanfaatkan dengan baik. Beberapa metode yang akan dilakukan adalah dengan cara  pengolahan limbah menjadi pupuk kompos. ( Bambang, 2012 ).
Limbah ternak dapat lebih bermanfaat setelah melalui proses pengolahan, menjadi kompos. Keengganan peternak untuk memproses kotoran ternak menjadi kompos disebabkan oleh lama waktu yang dibutuhkan selama proses pengomposan lebih kurang 2 bulan. Namun dengan adanya berbagai teknologi, kotoran ternak dapat didekomposisi menjadi kompos dalam waktu yang lebih singkat. Dengan menggunakan cara ini didapat kandungan hara kompos yaitu N total (0,68%); P total (0,225%); C-organik (11,2 %); Kalium (0,55%) dan rasio C/N (16,47). (Peni,2007)
E.     Pemanfaatan Limbah Ternak Sebagai Pupuk Cair
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Sarjana Parman, 2007). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah (Nur Fitri, Erlina Ambarwati, dan Nasih Widya, 2007) :
1.      dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara.
2.      dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit.
3.      merangsang pertumbuhan cabang produksi.
4.      meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta
5.      mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman Oleh karena itu, pemilihan dosis yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti maupun petani dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan (Abdul Rahmi Dan Jumiati, 2007).
Pupuk cair adalah pupuk yang berbentuk cairan, dibuat dengan cara melarutkan kotoran ternak, daun jenis kacang-kacang dan rumput jenis tertentu ke dalam air. pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, kesehatan tanaman. Unsur-unsur hara itu terdiri dari: Unsur Nitrogen (N), untuk pertumbuhan tunas, batang dan daun. Unsur Fosfor (P), untuk merangsang pertumbuhan akar buah, dan biji. Unsur Kalium (K), untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Pupuk cair ini memiliki keistimewaan yaitu pupuk ini dibanding dengan pupuk alam yang lain (pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos) lebih cepat diserap tanaman.
F.               Metode Pembuatan Biogas, Kompos, dan Pupuk Cair yang Saling Terintegrasi
Dalam pemanfaatan limbah ternak (feses dan urin) dapat dilakukan secara sistematis dan terintegrasi antara pembuatan Biogas, kompos dan Pupuk cair. Pertama yang harus dilakukan adalah pembuatan Biogas dimana Kotoran ternak ternak di masukkan kedalam wadah (Degester) dan terjadi ferentasi di dalam wadah tersebut. Untuk menghasilkan gas hanya dibutuhkan kurang lebih 6 jam dalam seharinya.
http://www.engineering.nationalesuisse.com/~/media/Images/microsite_engineering/References/Swiss/biogas_illustration_en.jpgKotoran yang sudah diuraikan oleh mikroba unaerob tidak bisa lagi menghasilkan gas, kotoran ini dikeluarkan dari digester dan inilah dimanfaatkan dalam pembuatan kompos dan pupuk cair.








BAB III
KESIMPULAN
A.  Kesimpulan
Limbah peternakan merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam pemanasan global, dan cara yang tepat untuk mengurangi dampak dari limbah peternakan ini adalah dengan cara pengoahannya menjadi gas yang bisa di manfaatkan sebagai bahan bakar untuk keperlua sehari-hari sebelum gas dilepas ke alam, dan limbah padat dari hasil fermentasi dimanfaatkan sebagai kompos dan limbah cairnya dimanfaatkan sebagai pupuk cair.

B.  Saran
Sebaiknya peternak harus memanfaatkan semua potensi yang ada pada ternak selain produk utama yaitu daging dan susu, namun masih ada lagi produk sampingan yang mempunyai nilai jual tinggi dan bahkan jika dilakukan pengolahan yang baik bisa mengalahkan produk utama dari peternakan ini. produk sampingan ini adalah pemanfaatan limbah ternak menjadi gas, kompos dan pupuk cair.







DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Makalah Biogas. http://ekologimanusia.blogspot. com/2011/12/makalah-biogas.html. Diakses tanggal 25 April 2014
Anonim. 2010. Peternakan Sebagai salah satu penyumbang global worming. http://www.scribd.com/doc/109231675/Peternakan-Salah-Satu-Penyumbang-Global-Warming
Anonim. 2011. Tekni pembuatan biogas sederhana. http://epetani. deptan.go.id/budidaya/teknik-pembuatan-biogas-sederhana-1620
Anonim b. 2011. Pengomposan kotoran sapi. http://ag1992.blogspo .com/2013/01/pengomposan-kotoran-sapi.html
Anonim. 2013. Membuat Biogas Dari Kotoran Sapi. http://griyasampah. blogspot.com/2013/05/cara-membuat-biogas-dari-kotoran-sapi.html. Diakses tanggal 25 April 2014
Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah Eisenia foetida savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB, Bogor.
Soehadji, 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar